Itulah ucapan seorang filsuf asal prancis, Jacques Derrida. Sejak
Derrida menggeluti pada ranah filsafat Ia adalah orang yang memiliki pemikiran
yang tak mudah untuk di ambil “benang merahnya”. Hingga saat ini slogan Derrida mengenai
Dekontruksi, sulit untuk dicerna oleh akal budi saya. Sebagai mahasiswa yang
baru saja hendak mulai mempelajari pemikiran-pemikiran Derrida, sebaiknya saya
perlu mengetahui sebab munculnya teori Derrida mengenai gramatologi.
Membicarakan mengenai pemikirian Derrida tidak akan lepas pembahasannya
mengenai teks. Menurutnya, pengarang akan melebur pada teks, tidak akan ada
peran pengarang lagi dalam teks. Maka dari itu, Ia menyebutnya sebagai inter
teks. Teks hanya akan berada pada wilayahnya sendiri. pengarang tidak akan bisa
mempertanggungjawabkan ketika teks banyak dituntut ole pembaca.
Jika Ferdinand de Saussure melihat bahwa semua objek yang ada di dunia
ini adalah tanda, maka ia akan menarasikannya dengan ikon, indeksikal, serta
simbol saja. Tetapi tidak bagi Derrida, ia akan menarasikan segala yang ada di
alam jagat raya ini dengan sebuah teks. Ia harus mendeskripsikan dengan akar
historis yang jelas.
Pembetulan ini hanya sebagai motivasi saya untuk membuat sebuah tulisan
beralurkan cerita dengan landasan “Bermulai dari hal yang tidak mungkin”.
Membuat tulisan atau artikel yang menarik tidak mudah sebagaimana membaca. Bagi
siapa saja yang menulis, seharusnya Ia mempersiapkan dari berbagai konteks,
entah itu waktu, tenaga, serta yang terpenting adalah pesan yang hendak ditulis.
Sebab, pesan yang disampaikan kepada publik akan berpengaruh besar.
Maka dari itu, saya hendak mulai menuliskan cerita-cerita sebagaimana
yang ada pada fantasiku. Cerita ini berangkat dari sebuah kebingunganku dalam
bidang tulis-menulis. Setiap hari saya dituntut untuk menulis sebuah artikel
yang faktual dan aktual. Namun, beberapa kendala acap kali menimpa saat saya
berproses menuliskan fakta. Sejatinya saya hanya ingin membiarkan terbang bebas
apa saja yang ada pada pikiran saya.
Saya sangat berharap banyak kepada semua pembaca untuk sekejap
memperhatikan lantas mengoreksi. Besar harapan saya pada bidang menulis, siapa
sangka membiarkan teks berterbangan dengan sayap yang saya buat kiranya akan
membuat saya tergagap-gagap. Sederhananya, saya hanya ingin tulisan ini
diterima oleh semua pembaca.
Telah banyak yang saya pelajari mengenai penikmatan membingkai agar
tulisan baik untuk dibaca. Tak ada salahnya jika diterapkan pada karangan bebas
ini. Memang banyak yang melatarbelakangi mengapa saya harus menulis sebuah
artikel fiktif, kegagauan saya membendung untuk menulis. Seolah tidak
memberikan ruang untuk beproduktif.
Terakhir, saya hanya berharap bantuannya serta do’a kepada semua pembaca
untuk tidak segan memberikan kritik membangun, guna kebaikan saya untuk
melanjutkan karya perdana fiktif ini. Mohon maaf pula untuk nama-nama yang
tercantum dalam artikel, saya takkan memposisikannya sebagai peran yang
marjinal.
0 komentar:
Posting Komentar